Pernahkah anda mencintai seseorang sehingga anda menangis kerananya? Pernahkah anda mencintai dia sehingga anda tidak dapat tidur, tidak dapat melelapkan mata walau sesaat? Mencintainya sedalam-dalam cinta, sehingga anda rela melakukan apa saja?
…walau terseksa batin, jiwa dan raga anda teruskan jua cinta anda kepadanya!
Bukankah lebih senang jika kita lupakan saja cinta itu? Bukankah lebih mudah jika kita mulakan sebuah percintaan baru dengan orang baru? Mengapakah awan mendung berarak hitam itu juga yang kita dambakan? Kesepian yang menusuk kalbu juga yang diimpikan?
Sesungguhnya berkata-kata adalah jauh lebih mudah dari melakukannya, kan?? Dulu ku fikir, mudah untuk aku menukar cinta. Namun kini, pabila langkah ku longlai, bagai tiada lantai untuk ku mengertak, bagai sapuan angin…aku mengaku kalah pada sepasang mata yang sangat sukar untuk ku pujuk rayu, apatah lagi memilikinya.
Hanya yang merasa akan mengerti betapa cintanya aku pada dia…walaupun dia mencintai orang lain…hmmm…ya, panjang helaan nafas ku terhembus sejuk, beku…tak bermaya…
Cinta ku ibarat semangat yang membara, melakukan apa sahaja demi kebahagiaannya. Namun cintanya tetap kepada yang lain…walaupun dia merasa betapa indahnya cinta ku bak pelangi, walau bergetar jantungnya pabila merasai cinta ku yang sehangat mentari….namun, dia tetap mencintai orang lain. Mengapakah ini bisa terjadi??
Alangkah sedih aku, walaupun selaut cinta kucurahkan namun sekelumit tak ku rasai balasannya. Dia langsung tidak tersentuh, tidak terasa…
Bukan salahnya, tetapi salahku yang membiarkan diri alpa dengan manjanya, manisnya… Mengapa aku harus menaruh seribu harapan pada yang tak sudi? Mengapa aku membiarkan diri terlamun cinta sepi? Bukankah hanya kesedihan yang pasti merobek hati?
Apa yang ku fahami, itulah cinta sejati…ibarat mengejar mentari, walau hangat, walau bisa membakar diri, itulah yang diimpi…
Mata ku bergenang di saat menulis artikel ini, dada ku sebak tak terperi…sedikit penyesalan melanda di hati, apa bisa ku ubati luka ini? Tiada siapa yang mengetahui…cuma yang pasti aku dalam dilema…arah manakah yang harus ku redahi?
- Berundur dan menikmati kesenangan tanpa kebahagiaan?
- Hanya terus melayan saat manis, yang hanya berasaskan kebahagiaan sementara?
- Atau terus berjuang, walau kekecewaan yang pasti menanti?
Inilah kemelut sebuah percintaan yang sulit untuk dihuraikan. Ramai yang mengalaminya…ramai yang terkecewa, namun…ada kah jawapan untuk semua persoalan ini?
Jawapan dari ku:
“Walau ku masih mencintai mu, walau ku masih menyayangi mu…ku harus melupakan mu, ku harus meninggalkan mu…ku harus merelakan kau pergi…”